Sabtu, 17 November 2012

Tidur dalam kemarahan Nov 29, '09 6:36 AM

Tidur dalam kemarahan adalah hal yang benar benar aku hindari.. menghindari aura negatif menemani saat saat istirahatku yang tentu saja akan berdampak buruk dalam pikiran bawah sadarku. Sebisa mungkin aku akan berusaha melepas amarah, dalam bentuk apapun, dengan cara apapun. Cara efektif yang mungkin dengan buka2 MP, FB, blogwalking , chatting dll  yang berbentuk hiburan, namun yang tetap utama adalah mengadu pada sang pemilik jiwa, menumpahkan keluhan dan mohon diberi kesabaran dan ketenangan hati.  Air wudhu menemani disaat akhir aku hendak memejam mata, dan lafadz dzikir berusaha diucap untuk menghantar diri memasuki alam istirahatku.

Itu bisa kulakukan untuk diriku sendiri, namun bagaimana untuk orang lain yang kemarahannya disebabkan olehku? . Walau aku berusaha sekuat mungkin untuk menghindari amarah orang, namun aku juga manusia biasa yang terkadang memiliki kelemahan dan kekurang fahaman akan rasa dan pikiran pihak lain .

Beberapa hari ini Fadhl si bontot selalu tidur dalam keadaan marah padaku, sediihhh banget. Ya awal bermula karena aku ingin nyetop kegiatan menyusunya. Walau aku tau lebih baik dibiarkan weaning secara alami, tp aku dah kesakitan dengan gigitannya. Kalau dia lagi sakit okelah, tp sampe sekarang setiap saat dia bengong , pasti aja nyosor, mending bentar, ini mah nempel aja terus sampe aku pamit mo kebelakang .
Negosiasi dah dicapai , bahwa dia janji ga akan nen tapi meluk aja, yaaa namanya janji anak 2,5 th, sekarang janji , 1 menit jg dah lupa.  Dan karena kondisi tubuhku jg sedang tidak fit, dengan terpaksa aku menolak keinginan dia, dia memaksa, dan aku memalingkan tubuh untuk menghindar darinya. Dia terus merayu, memaksa sampai akhirnya teriak dan marah... marah yang semarah2nya, sampai bapaknya pun tidak digubris untk merayunya. Aku sudah berusaha merayu, memeluk dan meminta maaf padanya, namun ternyata rasa tersinggungnya sudah terlanjur tertanam ... hiks ... sediiihh banget saat itu, aku merasa bersalah dan aku terus terang takut kalau dia mendendam dan menjadikan kekesalan itu ada dalam bawah sadarnya bahwa ibunya pernah menolaknya.

Aku sudah berusaha ngalah dan bersedia untuk dia nen lagi, tapi tetap ditolak, tangisan histeris terus di kumandangkan, sampai dia tertidur dalam tangisnya..

Ya Allah... aku sedih sekali, aku salah... mungkin bukan begini caranya untuk menghentikan kegiatan menyusunya. Padahal aku sudah berusaha selembut mungkin dengan mengajaknya bernegosiasi dan memberi ganti dari kegiatan nen nya..  namun ternyata dia belum bisa juga melepaskannya dan begitu marah pada diriku.pdhal dia udah lelah dan merem, tp krn marah masih nangis juga dia, ibunya iseng, difoto aje deh biar dia tau 

Malam itu aku tatap wajahnya, garis wajahnya masih begitu keras , menampakkan amarah yang sangat.. begitu teriris hati ini, mengapa mesti seperti ini kejadiannya.Ini tidur masih manyun ...

Dan malam malam berikutnya, dia menghindar jika aku ingin memeluknya, dia hanya berkata,  ndak oleh nen ya nda.. nen nya atit ya nda.. ade peyuk aja ya nda...  dan saat aku menyetujui ucapannya, dia palingkan muka dan tidur dalam amarah, dia menolak untuk kupeluk, dia menolak untuk kesentuh, dan dia tertidur dalam amarahnya...

Dan itu berlangsung selama 4 hari.... tiap malam aku menatapnya tidur dengan bibir manyun, walau kadang malam2 aku rubah posisinya supaya berada dalam pelukanku, namun butuh waktu untuk dia menerima pelukanku itu.... dan akhirnya pertahananku goyah, saat dia merayu kembali untuk nen... aku tak kuasa untuk menolaknya, dan kembalilah dia dalam cerianya... tidur dengan senyum manis dan pelukan mesra memeluk tubuhku di sela kegiatan menyusunya....
yaaaa biarlah.. daripada aku melihatnya tidur dalam amarah, dan aku sedih , mungkin suatu saat dia akan brenti sendiri, toh cuma malam doang palingan. Aku ngalah deh dengan rasa sakit ini, aku ngalah deh  dek ... toh kamu jadi bayi ga akan lama lagi ....
and one more time... emak kalah lagi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditulis oleh saya, bunda dari Fadhl, sebagai catatan perjalanan sekolah kami berdua.