Sabtu, 17 November 2012

Berdamai atau bertengkar Jan 13, '11 12:03 AM

Menghabiskan waktu bersama di kecil, terkadang membutuhkan taktik dan cara jitu agar kehidupan berjalan damai dan aman. Sejak aku memutuskan berhenti bekerja, dan akhir-akhir ini kembali meluruskan niatku untuk anak-anak, maka nyaris seluruh waktuku memang bersama mereka, dan terutama adalah si bontot.

Sementara kakak-kakaknya sekolah, maka otomatis di rumah hanya ada dan dia , bocah 3,5 tahun yang Alhamdulillah diberi daya bicara yang ramai dan tingkat kritisi yang tinggi.  Menghadapi anak sejenis Fadhl, hmm susah-susah gampang, tapi sebagai ibu, ya tentu saja insting untuk menguasai anak bisa dilakukan dengan menurunkan tingkat emosi dan meningkatkan rasa sabar.

Sebetulnya, kalau mau dibuat kesal ya kadang kesal juga, ada kalanya dia tidak bisa diajak kompromi untuk sekedar mengijinkan aku ke kamar mandi, maunya nempeeeellll terus. Dan kalau kondisi ku sedang ga mood, ya bawaannya kesal dan cuekin dia, berakhir dengan tangisan dan aku yang mencoba nutup telinga. 
Namun ada kalanya pula, dia bersikap sangat manis, dan mengerti daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan, dia akan bermain dengan mainan ala kadarnya , tanpa teriak, tanpa ikut campur, dan dunia berjalan sangat amat damai. Kalau udah begini, wah seneng banget, aku bisa lebih cepat menyelesaikan pekerjaan rumah.

Negosiasi, kadang pula harus dilakukan, tatkala aku harus segera menyelesaikan pekerjaan, sementara dia tidak mau bermain sendiri. Bicara dari hati ke hati, menerangkan bahwa ibu harus ini itu, dia masih ngeyel mau ama ibunya, lalu ibu nya menawarkan alternatif kegiatan yang bisa dia lakukan, lalu dia berfikir, dan akhirnya selesai... ibu bisa kerja, dan dia main ...

Nah yang sering sih, pertama dia akan anteng bermain, lalu ditengah pekerjaan kita, dia menghampiri dan mulai bertingkah seolah mencari perhatian. Kondisi badan yang lelah, diburu oleh harus menyelesaikan segera untuk berlanjut ke pekerjaan berikutnya, ditambah dengan kehadiran si kecil dengan beragam tingkahnya, cukup dan sangat memancing emosi. Kegiatan yang biasanya bisa dilakukan sendiri oleh dia, tiba-tiba harus kita yang melakukannya, sementara tangan kita bersimbah busa, atau berbau bawang, mau marah ? sepertinya itu jalan singkat ...namun ternyata itu tidak juga menjadi penyelesaian masalah.

Lihat saja kondisi ini, aku sedang sibuk mencuci, lantai belakang penuh air dan busa, tiba-tiba si kecil datang hanya untuk sekedar minta aku dibukakan tutup kaleng makanan, oke dibantu... lalu aku suruh kembali dia kedalam untuk bermain lagi. Tidak lama, dia kembali lagi, minta ini, minta itu, mau pipis, mau pup, mau minum, sementara aku cape juga untuk bolak balik ke dalam dan melayani permintaan dia yang sebetulnya bisa dilakukan sendiri. 
Jujur, tidak jarang aku akhirnya berteriak, menginstruksikan sesuatu dengan tujuan supaya dia tidak kebelakang dan menggerecokiku, namun kembali dan kembali dia bertingkah untuk sekedar kembali memancing emosiku.

Lalu aku berpikir, jika aku layani dengan marah, dan akhinya bertengkar dan akan ditutupi dengan tangisan,  hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan menambah lembar kekesalan anak kepada ibunya.Aku sadar, yang dicari dia adalah perhatian, dan melawan tingkahnya dengan penolakan akan tetap memakan waktu. Akhirnya, aku stop smua kegiatan, aku peluk dia, dan aku masuk kedalam, berganti pakaian, dan menemani dia sejenak dengan apa maunya dia. Ya, aku memilih berdamai dengan dia.

cara ini aku rasa lebih  efektif, dunia terasa aman, walau pekerjaanku jadi terbengkalai. Aku bereskan semua kemauan dia, lalu aku tenangkan dia, bicara dari hati ke hati, memberinya kegiatan dan permainan bersama, unutk kemudian, aku kembali meminta ijin darinya untuk kembali bekerja. Dan dia akan dengan senang hati mengijinkan, tanpa penolakan dan tanpa kekesalan. Amannn....

Amarah dan kekesalan tidak akan menyelesaikan masalah, anak hanya akan bertambah kesal, karena pada dasarnya yang mereka butuhkan hanyalah perhatian. Kemana dirimu condong , ke cucian atau kepada dirinya. Jika lebih memilih pekerjaan dan akan beragumen keras kepada anak, maka kekecewaan yang akan di dapatnya, dia tetap tidak akan menerima, tetap akan bertingkah, terus membuat kekesalan ibu akan terus dan terus yang tidak jarang berakhir pada pertengkaran dan teriakan. 
Namun jika dirimu memilih untuk berdamai, mereka akan memperoleh rasa percaya, mereka yakin bahwa ibu nya masih memikirkannya, menempatkan dirinya pada posisi yang penting dan bukan hanya sekedar instruksi dan argumentasi. Nilai cinta yang akan dirimu dapatkan.

Kehidupan mengurus, selalu beraneka, dan disetiap aneka itu, kita tetap harus belajar dan belajar, mencari yang terbaik untuk nya dan untuk kita.. tanpa menyakiti, mencoba menjalin tali kepercayaan dan kedamaian ....

Selamat berpetualang bersama anak2 anda....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditulis oleh saya, bunda dari Fadhl, sebagai catatan perjalanan sekolah kami berdua.